Kisruh Iklan Politik PKS

Bookmark and Share
Jakarta - "Saya Bukan Budak Amerika. Saya Bukan Budak Rusia. Tapi Saya Adalah Budak Rakyat Indonesia." Cuplikan pidato sang proklamator Soekarno ini berkumandang dalam iklan kampanye PKS yang bertema Sumpah Pemuda.

Selain menjual nama Bung Karno, iklan PKS juga menampilkan tokoh Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy'ari dan tokoh Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan.

Tapi belakangan iklan PKS tersebut dipermasalahkan para kader yang tokohnya diseret-seret dalam iklan tersebut. Sebut saja Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah dan Gerakan Muda NU. Dua organisasi tersebut memprotes cara PKS yang berpromosi dengan menjual nama tokoh Muhammadiyah dan NU.

PP Pemuda Muhammadiyah menganggap pemuatan Ahmad Dahlan jelas bermuatan kepentingan politik jangka pendek PKS dan dianggap merugikan persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan budaya, sosial, dan keagamaan.

Langkah PKS yang menampilkan tokoh Muhammadiyah dianggap sebagai upaya untuk menggerogoti warga Muhammadiyah. "Pemuatan iklan politik PKS tersebut menjustifikasi SK pimpinan Muhammadiyah yang mengingatkan anggota dan pimpinan akan 'bahaya laten' PKS yang menggerogoti Muhammadiyah," tegas Ketua PP Muhammadiyah Armyn Gultom.

Sebelumnya Gerakan Pemuda NU, yakni PMII, IPPNU, Fatayat NU, dan GP Ansor juga menyampaikan protes serupa. Mereka menganggap PKS telah melanggar etika dalam kampanye politik. Sebab PKS sudah menyeret-nyeret tokoh nasional dalam kampanye.

"Kami merasa keberatan bahwa 3 tokoh yang dipergunakan seperti Soekarno, Ahmad Dahlan, dan Hasyim Asy'ari ketokohannya digunakan untuk kepentingan partai," kata Ketua PMII Pusat Adin Jauharidin.

Menanggapi protes soal iklan PKS, pakar komunikasi dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Gozali mengatakan, dalam masalah tersebut harus dilihat dari dua aspek. Pertama, selama tokoh-tokoh tersebut merupakan milik bangsa, sebenarnya tidak ada yang perlu digugat. Sebab siapapun anak bangsa bisa menggunakannya asalkan bertujuan positif.

Kedua, apabila terjadi polemik harus dilihat apakah yang melakukan protes ada hubungan kedekatan dengan yang diprotesnya.

Effendi kemudian mengambil contoh kontroversi iklan politik tersebut juga sempat melilit Soetrisno Bachir (SB) capres dari PAN. Pasalnya, dalam iklan iklan "Hidup Adalah Perbuatan" Rabiah, sang suter apung, merasa dibohongi oleh SB. Rabiah tidak pernah tahu kalau film yang dibintanginya akan dijadikan iklan politik.

Menurut Gazali, tindakan Rabiah sangat dibenarkan karena si suster apung ini yang terlibat langsung dengan iklan tersebut. Sehingga wajar bila yang bersangkutan melakukan protes. "Dalam iklan Suster Apung memang layak untuk dipermasalahkan. Sebab yang melakukan protes orang yang bersangkutan," ujar Gazali saat dihubungi detikcom.

Dalam iklan layanan masyarakat seri Dirgahayu Indonesia dengan tokoh utama SB, Rabiah ikut main dalam iklan bersama beberapa warga pulau Liukang Tangngayya, Kabupaten Pangkajenne Kepulauan (Pangkep), tempat Suster Apung mengabdi sebagai tenaga perawat kesehatan sejak tahun 1977.

Rabiah mengaku selama syuting 3 hari di Bali, ia tidak mengetahui atau menyadari kalau syuting film dokumenter itu untuk kepentingan politik di televisi. Dipolitisasinya film Suster Apung membuat Rabiah kecewa dan melayangkan protes ke SB.

Sedangkan dalam masalah iklan PKS, protes tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang terkait langsung dengan tokoh yang dimunculkan PKS. Misalnya keturunan dari tokoh-tokoh tersebut, seperti Megawati, Gus Dur atau keturunan Ahmad Dahlan.

"Kalau mereka-mereka yang protes mungkin sangat beralasan. Tapi sejauh ini protes tersebut belum bulat," kata Gazali.

Pandangan sama juga dikatakan sejarahwan Asvi Warman Adam. Menurutnya, iklan politik PKS yang menampilkan beberapa tokoh nasional Islam diprotes ormas Muhammadiyah dan NU hanya soal intern antara PKS dengan dua ormas Islam tersebut. "Masalah ini masalah kelaurga. Jadi harus diselesaikan secara kekeluargaan," ujar Asvi.

Sebagai seorang sejarahwan, Asvi sangat mendukung iklan PKS yang menampilkan tokoh-tokoh nasional, seperti Soekarno, Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ari. Dengan munculnya tiga tokoh bangsa tersebut, generasi muda diharapkan bisa lebih mengenal sosok dan perjuangan ketiga tokoh tersebut.

Namun dia menyadari, namanya iklan politik tentu punya muatan politik tertentu. Jadi wajar bila iklan tersebut dianggap lawan-lawan politik PKS sebagai sebuah manuver untuk menggembosi basis massa yang selama ini punya keterkaitan dengan tokoh-tokoh yang ditayangkan PKS dalam iklan politiknya.


{ 0 comments... Views All / Send Comment! }

Post a Comment